Thursday, December 29, 2016

10:12 PM



NATIONALISM DISCOURSE OF IDENTITY POLITICS IN ACEH 
Zulfiadi Ahmad Husein
(PhD Student Political Science University of Gazi)


 The discussion about the topic below will analyze the discourses of nationalism that continues to evolve in the course of political history of contemporary Aceh. Aceh for being part of the Republic of Indonesia political to be degraded that refract Indonesian nationalism in the minds of the Acehnese. Reconstruction of Aceh's identity and then transformed into a new ethnically-based of nationalism. The objectives of this study is to look at the reconstruction of Aceh's identity that integrate with Indonesia's overall identity within the framework of the establishment of Nationalism. This is related to the dynamics of Acehnese identity related to negotiations between ethnic nationalism that was given by the “nature” with civic nationalism that was constructed by Indonesian State.
 Identity is a symbol to identify a community. Identity then restricted community with the concept of self and others. The existence of those communities must begin by maintaining its identity by way of reconstructing the differences between communities. Then nationalism formed based on the collective consciousness that arises from a number of communities to unite. Then how a community positioned itself between civic nationalism and ethnic nationalism.
Aceh's identity tries to integrate with the national identity to form Nationalism. The identity of is the basis the Acehnese to defend itself from any threat, even though the State. Nationalism in Aceh faded when the State fails to be present in the process of forming civic nationalism in Aceh since Old Order regime, New Order regime until the Reformation era. So that the hegemony of ethnic nationalism intensified in Aceh and destructive nationalism civic construction. The resistance against Indonesian nationalists disappointed then expanded so destructive nationalism that had been built previously by the strong, and ultimately become a threat to Indonesian nationalism itself. Aceh's independence, as a new social imaginary, the more crystallized and hegemonic political discourse in Aceh as a result of interpretation of ethnic nationalism. Ultimately the hegemonic discourse of ethnic nationalism also marked the dissolution of discourse the civic nationalism of Indonesian in the minds of the Acehnese.

  Tema di atas memfokuskan pada kajian wacana nasionalisme yang berkembang dalam perjalanan sejarah politik Aceh. Wacana nasionalisme yang sejatinya hanya sentralistik di level nasional kemudian bergeser pada level lokal, pergeseran hegemonik wacana nasionalisme ini terjadi akibat dari kondisi sosial politik yang berkembang secara tidak menentu di Aceh. Lalu pergeseran wacana ini menjadi masalah baru pada tingkat nasional karena mengganggu keutuhan negara. Nasionalisme kemudian dinilai mendasari perlawanan bersenjata di Aceh. Jika diselami lebih jauh, pewacanaan ini sebenarnya adalah suatu keniscayaan karena sebagai suatu imagined community, nasionalisme memiliki dinamika tersendiri.
Kealpaan Pemerintah dalam memahami bekerjanya imajinasi kolektif yang disebut sebagai nasionalisme tersebut justru berpotensi memperumit keadaan di berbagai wilayah di Indonesia. Nasionalisme mempunyai makna beragam dan pemaknaan tersebut dimanfaatkan menurut sudut pandang dan kepentingan masing-masing pengusungnya. Apalagi dengan adanya mobilisasi sentimen nasionalistik yang telah mendasari perlawanan terhadap kolonialis ataupun struktur yang mapan. Hanya saja yang menjadikan nasionalisme tersebut memiliki signifikansi politik adalah karena watak ideologis yang melekat dalam imajinasi kolektif tersebut.
Diskusi tentang tema tersebut nantinya akan menjelaskan landasan kuat tentang bagaimana identitas berkembang dan menjadi faktor utama dari terbangunnya sebuah imajinasi tentang komunitas baru. Penelitian nasionalisme berdasarkan sudut pandang politik akan memetakan wacana nasionalisme di Aceh, kemudian akan berusaha menjelaskan arena dinamika lokalitas yang bersifat otonom dan gejolak-gejolak internal etnisitas akan sangat menarik untuk dilihat, terlebih lagi karena pergerakan-pergerakan pada tingkat lokalitas bisa jadi bersumber dari dalam atau mungkin juga sebagai pengaruh penyebaran ide-ide dari pusat. Perkembangan internalisasi nasionalisme ini yang kemudian menghasilkan tumbuhnya chauvinism orang Aceh terhadap dirinya, dan menutup diri dari keberadaan Indonesia.
Di Indonesia, politik identitas lebih terkait dengan masalah etnisitas, agama, ideologi, dan kepentingan-kepentingan lokal yang diwakili pada umumnya oleh para elit dengan artikulasinya masing-masing. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dapat dipandang sebagai salah satu wujud dari reaksi kegelisahan politik identitas itu atas ketidaksetaraan politik sentralistis Jakarta. Isu-isu tentang keadilan dan pembangunan daerah menjadi sangat sentral dalam wacana politik, dan sangat sensitif jika bersinggungan dengan politik identitas. Dalam hal ini, identitas mampu merusak nasionalisme itu sendiri sekaligus juga mampu membangkitkan etnonasionalisme yang menjadi dasar perlawanan baru terhadap negara.
Identitas menjadi instrumen penting yang membentuk sebuah rasa bersama yang hadir untuk melepaskan diri dari kolonialisasi. Di Aceh, identitas menjadi hal yang paling dipertahankan oleh masyarakatnya. Identitas pula yang membangkitkan semangat nasionalisme untuk melawan kolonialisasi. Dalam sejarahnya, persoalan keinginan bersatu dan berpisah adalah hal yang sangat biasa. Masyarakat Aceh bisa bersatu dengan kelompok manapun, namun identitas yang mengakar secara kuat oleh keyakinan beragama tidak dapat diganggu oleh siapapun yang kemudian menjadi hal paling prinsipil yang tidak boleh diganggu oleh siapapun. Jiwa nasionalisme masyarakat Aceh yang menjadi bagian dari Indonesia merupakan satu nafas dalam perjuangan mereka, walaupun pada akhirnya “kegagalan” nasionalisasi itu sendiri yang menjadi dasar perlawanan mereka terhadap keberadaan Indonesia.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 diskusi ankara. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top