Saturday, December 23, 2017

12:46 PM

The Palestinian Crisis and Identity Politics : Discourse in Historical & Cultural Studies
By : Darlis Aziz, S.I.Kom

Politik Identitas (Political Identity) menjadi motif pembentukan negara Israel dan konflik berkepanjangan di kawasan Palestina. Politik identitas merupakan bagian dari politik budaya yang terdiri dari ras, agama, etnis dan budaya. Brainstormer mencoba mengidentifikasi Politik Identitas sebagai konsep atau gerakan politik yang fokus dalam keanekaragaman. Argumen dalam diskusi ini adalah Israel telah berhasil memanfaatkan narasi identitas budayanya untuk menyatukan persepsi Yahudi di seluruh dunia untuk mereproduksi sebagai pembenaran sejarah serta alat politik demi perwujudan dari cita-cita nasional dalam membangun negara bangsa sendiri.
Politik identitas merupakan sebuah wacana politik tentang kehidupan sehari-hari yang kategori utamanya adalah perbedaan, didalamnya terjadi permainan dan pergulatan identitas-identitas perbedaan. Jalan analisis Foucault, seperti aktor-aktor poststrukturalis kemudian postmodern lainnya menjadi suatu gerakan kritik terhadap apa saja melalui dekonstruksi, perbedaan dan wacana-wacana kecil (Abdillah, 2003). Oleh sebab itu saya ingin menyebut bahwa wacana postmodernisme dalam bahasan ini secara tidak langsung memposisikan diri sebagai kritik terhadap wacana besar modernitas, khususnya kedalam politik modern.
Dalam pendekatan teori persepsi disebutkan bahwa Persepsi adalah pandangan seseorang yang telah melalui tahapan melihat, merasa, memikirkan dan diolah oleh pengalaman dan teori yang diyakini. Hasil persepsi ini akan berpengaruh terhadap pembuatan keputusan sekaligus bentuk prilaku kelompok tersebut secara keseluruhan. Menurut Robbin (2008) "Perception can have a huge impact on decision-making and on an organization's behavior in whole".  Persepsi-persepsi tersebut kadangkala memudarkan kenyataan dan salah penafsiran sehingga sering kali menjurus kepada konflik brutal. Ketika disandingkan dengan realitas memang begitulah yang terjadi.
Nasionalisme Radikal yang berkecambah di paruh kedua abad ke-19 itulah yang menjadi akar munculnya berbagai konflik di Eropa, yang puncaknya adalah Perang Dunia Pertama dan Kedua, dan berbagai gerakan Anti-Semitisme seperti pada Dreyfus Affair di Paris yang kemudian membelah Prancis dari 1894 hingga 1906, dan munculnya pemimpin Anti-Semit di Vienna, Karl Lueger pada 1895, hingga kasus pembantaian (holocaust) Kaum Yahudi, yang puncaknya pada era Hitler (1933-1945). Dalam manifestonya, Hitler bahkan menganggap ideologi Kapitalisme sebagai bagian dari konspirasi Yahudi. Walaupun secara keamanan kaum Yahudi di Eropa mengalami ancaman eksistensial, tapi fenomena itu juga dapat dibaca secara sosiologis sebagai kegagalan asimilasi sosial kaum Yahudi dengan masyarakat Kristen Eropa.
Ide mendirikan sebuah negara mandiri bagi orang Yahudi adalah ide Organisasi Zionis yang didirikan oleh seorang jurnalis Yahudi asal Austro-Hungaria, Theodor Herzl (1860-1904). Ide ini merupakan respons terhadap ancaman eksistensial yang dihadapi kaum Yahudi di Eropa bersamaan dengan bangkitnya gerakan-gerakan Nasionalis Radikal, yang menjadikan Anti-Semitisme sebagai salah satu pergerakan Political Identity.
Keputusan Yahudi mendirikan negara Israel di tanah Palestina, menimbulkan konflik berkepanjangan. Oleh sebab itulah saya menyebutkan ada potensi negatif yang tercipta ketika kelompok masyarakat berjuang atas nama identitasnya. Pemisahan diri dalam rangka membentuk negara merdeka sendiri dengan menarasikan berdasarkan ikatan identitas yang lebih spesifik seperti, budaya, agama dan etnis tertentu adalah keinginan paling mendasar manusia, tuntutan untuk memperolah pengakuan (desire for recognition).
Awalnya Kaum Zionis punya 4 pilihan negara tempat mereka menampung Kaum Yahudi dari berbagai belahan dunia; Palestina, Argentina, Uganda, dan Mozambik. Tapi kemudian mereka memilih Palestina karena justifikasinya secara keagamaan lebih mudah dilakukan. Dan, itu juga sekaligus memudahkan proses mobilisasi global Kaum Yahudi untuk berimigrasi ke Palestina dengan menggunakan mantra “tanah yang dijanjikan”. Termasuk di antaranya memobilisasi para donatur untuk membiayai mobilisasi imigrasi besar-besaran itu. Kelak kita mengetahui bahwa salah satu donatur utama mobilisasi imigrasi itu adalah keluarga Rothchild, pemilik jaringan perbankan terbesar di dunia.
Ide negara Israel tersebut akhirnya dideklarasikan secara resmi oleh Arthur Balfour (2 Nov 1917) Menteri Luar Negeri Inggris, melalui surat yang ia kirim kepada konglomerat sekaligus Ketua Komunitas Yahudi Inggris, Rothchild. Dalam surat yang berisi dukungan penuh terhadap aspirasi Zionis itu, Balfour antara lain mengatakan, "His Majesty's government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use the best endeavours to facilitate the achievement of this object…"
Deklarasi itu dilakukan di tengah kecamuk Perang Dunia Pertama yang berlansung dari 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918, di mana Inggris, Prancis, dan Rusia (Alliance) berhadapan dengan Jerman, Austro-Hungaria (Central Power). Dengan meluasnya medan tempur, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat akhirnya ikut bergabung dengan Sekutu, sementara Ottoman dan Bulgaria bergabung dengan Central Power. Seperti yang kita ketahui, perang itu akhirnya dimenangkan oleh Sekutu. Tapi karena Tsar Rusia terjungkal dalam Revolusi Bolshevik yang berlangsung dari 8 Maret 1917 hingga 7 November 1917, praktis Inggris dan Prancis yang kemudian muncul sebagai kekuatan baru dunia.
Perang selalu begitu dalam sejarah, selalu menjadi alat paling efektif untuk mengubah peta dan jalannya sejarah secara keseluruhan. Setidaknya ada 4 imperium yang lenyap dari peta dunia setelah Perang Dunia Pertama itu, Imperium Jerman, Imperium Austro-Hungaria, Imperium Tsar Rusia, dan Imperium Ottoman. Dan, tentu saja peta baru dibuat oleh sang pemenang. Dan, itulah awal dari semua perubahan peta geopolitik di Dunia Islam.
Jika perang adalah alat paling efektif untuk mengubah peta geografi dan politik, maka migrasi adalah alat paling efektif untuk mengubah komposisi demografi penciptaan identitas budaya dan politik baru. Akibat migrasi itu, warga Yahudi di Palestina berkembang dari 3% dari total 460.000 orang pada 1882 menjadi 31,5% dari total 2.065.000 penduduk Palestina pada 1948, dan menguasai sekitar 78% lahan.
Begitulah cerita Negara Israel dimulai; warga Yahudi sudah memenuhi wilayah Palestina sebelum Negara Israel berdiri pada 1948. Pada mulanya adalah konflik penguasaan lahan yang tidak disadari oleh warga Palestina hingga Intifada Pertama pada 1921, Demonstrasi Besar Al Quds pada 1933, danRevolusi Palestina antara 1936 hingga 1939. Di bawah pendudukan Inggris dan operasi militer milisi Zionis semua perlawanan itu gagal. Puncaknya adalah perang pada 1948 di mana gabungan Pasukan Pembebasan Arab di bawah Liga Arab takluk. Negara Israel langsung dideklarasikan pada 1948 itu juga, dan segera diakui sebagai anggota PBB pada 1949.
Resolusi PBB nomor 181/1947 sebelumnya, yang tertuang dalam apa yang disebut Palestine Partition Plan, telah membagi Palestina ke dalam 3 zona. Satu zona dikuasai pemerintahan Israel, satu zona dikuasai pemerintahan Palestina, dan satu lagi merupakan zona bersama, yaitu Al Quds atau Yerusalem. Setelah perang 1948, Israel menguasai wilayah Barat Al Quds, sementara wilayah Timur dikuasai Jordania. Tapi wilayah Timur Al Quds itu kemudian dicaplok lagi oleh Israel pada 1967.
Bagi kaum Yahudi Zionis, 70 tahun waktu yang terbentang antara 1947 hingga 2017 adalah penundaan mimpi Israel Raya akibat kepengecutan para pemimpin Amerika Serikat dan Eropa. Itu adalah kesia-siaan. Sebab mimpi Israel Raya, yang digagas Theodor Herzl dan kemudian dikenang sebagai Bapak Negara Israel, tidak sempurna tanpa Al Quds. Dan. keberanian Trump-lah yang mengakhiri kesia-siaan itu 6 Desember 2017 lalu. Inilah yang mereka sebut sebagai Deal of The Century. Inilah perayaan pesta sejarah baru Kaum Yahudi, dimulai dari Deklarasi Balfour 2 November 1917, disempurnakan oleh Deklarasi Trump 6 Desember 2017 yang lalu.


Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 comments:

Post a Comment

 

© 2013 diskusi ankara. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top